me..

me..
thinking

welcome in my blog

mikhaelrangkang.wen.ru/a/1_attack.gifWELCOME IN MY BLOG


Silahkan cari blog disini okay...

Laman

Selasa, 08 Mei 2018

PERJALANAN SPIRITUAL PART 1

Kisah ini bermula saat aku duduk dikursi putar kantor sambil mengerjakan tugas rutin seperti biasanya,
Tiba-tiba pak manajer yang baru pulang dari umroh, masuk ke ruang TU sambil membagikan oleh-oleh berupa kurma, kacang arab, kismis, dan sebotol kecil berisikan air zam-zam ( oleh-oleh yang sangat lazim dibagikan oleh orang yang baru pulang dari tanah suci ).
Serta sebuah gamis coklat yang terlipat rapi dalam sebuah plastik

Dalam ruangan itu, bergema secara lantang kisah-kisah pak manajer selama di tanah suci.
Riuh rendah nada bicara, menambah dinamika keseruan kisah perjalanan.
Beliau pun berkata, "Sebenarnya banyak orang yang kaya dan punya harta, dikasih kesehatan, tapi belum tergerak hatinya untuk pergi umroh".
"Ada yang kaya dan punya harta, tergerak hati untuk pergi, namun sakit".
"Dan ada pula yang sehat, tergerak hati untuk pergi, tapi tidak mampu secara finansial".
"Nah, bagi kalian yang muda-muda, uang punya, sehat iya, tinggal gerakkan hati dan kuatkan tekad untuk pergi. Mumpung belum dibalikkan keadaan oleh Allah".
"kita semua yang umat muslim itu sebenarnya sudah mendapat panggilan dan diundang Allah ke Tanah suci".

Mendengar ucapan itu, ada secuil hati berkeinginan untuk pergi.
Mungkin sekitar 20% tekat, permulaan untuk membuka pintu hati.

***

Setiba pulang ke rumah,
aku menceritakan apa yang diceritakan pak manajer dikantor tadi.
Kakak pun langsung menyahut, "Pergi saja, jangan takut miskin karena umroh, insyaallah Allah kasih rezeki berlipat setelah pulang".

Singkat cerita, kakakku baru juga pulang umroh beberapa bulan yang lalu.
Entah ada angin apa, tiba-tiba mendadak memutuskan untuk pergi sendiri, mungkin ini adalah sebuah panggilan.
dan setelah kepulangannya dari umroh, dia terlihat berbeda.
Lebih religius, suka menghamburkan hartanya untuk sedekah, dan rezekinya juga makin berlimpah.
Bisnisnya lancar meroket dan dipertemukan dengan jodohnya didepan kabah ( insyaallah ), yang merupakan teman seperjalanannya saat pergi umroh.

Lalu ada telepon dari ayuknya ibu ( kakak perempuan ibu ) yang berhasil menjual tanahnya didusun, dan berencana untuk pergi umroh. 
Seketika pikiranku meloncat jauh, mending aku umrohkan saja ayah dan ibu, mumpung ada temen biar rame.

Mereka antusias, namun seketika pula berdiskusi singkat namun cepat, lalu memutuskan hanya satu saja yang pergi umroh duluan, apakah ayah dulu atau ibu dulu.
Mengapa mereka tidak pergi berdua sekaligus, itu karena mereka mengkhawatirkan anaknya yang sakit ini.

Rasa hati ini rasanya perih tercekik, 
cuma gara-gara aku mereka harus pergi secara terpisah.
Rasanya diri ini cuma menjadi beban.

***

Malam itu entah ada angin apa,
sebelum tidur aku merasakan ada tekad kuat menggema-gema didalam kepala.
dan keesokkan harinya, aku lantang bicara didepan ayah ibu bahwa aku akan ikut serta Umroh.
Keputusan yang sulit untuk seorang yang berkebutuhan khusus sepert aku.